Minggu, 03 November 2013

Antara Aku, Kau dan Dia




Awan putih mulai berarak menghilang dan memudar perlahan, seakan enggan membela diri dengan kawanan awan hitam pucat keabu-abuan yang mulai muncul seiring dengan suara gemuruh yang bersautan di sana sini, dan tetes demi tetes air pun berjatuhan dari langit makin lama dan semakin lama tetesan air itu mulai lebat, deras dan mengguyur apapun yang ada di bawahnya.
“yah ko hujan sih” seru lula yang saat itu masih berada di dalam kelas karena pembelajaran belum selesai.“emangnya kenapa la kalo hujan? Lo mau pergi ?” ucap hanna yang menanggapi seruan lula, teman sebangkunya di kelas XI IPA 3.“hah? Engga aku ga mau pergi ko han, Cuma di rumah aku lagi ada acara aqiqahan gitu mau makan-makan, dan aku disuruh pulang cepet tapi malah hujan deras hehe”. “makan-makan? Ikut dong gue la, lumayan tuh makan gratis dirumah lo” ceplos hanna yang berbadan subur. “haha iya-iya ikut mah ikut aja han, tapi banyak sodara aku, gapapa nih?”. “yaelah kalo soal makanan mah gue bablas la, gapapa ada sodara lo juga yang penting makan hahaha”
Lula pun hanya tersenyum geli melihat tingkah laku teman sebangkunya yang bisa dibilang ga tau malu itu, tapi lula yang berteman lama dengan hanna sudah memaklumi karena sikap hanna memang seperti itu, nyablak dan over pede. Tak sampai setengah jam, bel pun berdering , menandakan jam pembelajaran telah usai. Namun tampaknya cuaca belum mendukung untuk lula pulang lebih awal karena hujan masih turun dengan sangat derasnya.
“la gimana nih masih hujan deras, lo ga bawa payung ya?”,  ucap hanna sembari memasukan buku dan alat tulisnya ke dalam tas. “ga bawa han, aku kira ga bakal turun hujan hari ini” , ucap lula yang melakukan hal serupa dengan hanna. “yaudah kita tunggu aja dulu sampai hujannya reda”. “hmm iya, kita tunggu di depan kelas yuk”. “hayyukk”
Mereka berdua pun bergegas ke depan kelas dan duduk di bangku yang tersedia.
10 menit pun berlalu namun hujan belum juga reda.
“lula, hanna” tiba-tiba terdengar suara teriakan memanggil nama mereka dari arah kelas XI IPA 1. Dan ternyata mereka adalah Gilang dan Amel, teman sekelas lula dan hanna di X-6 dulu. Gilang dan amel pun segera menghampiri.
“kalian belum pulang” ucap gilang.“iya kali pulang, hujan deras masbro gimana mau pulang?!” saut hanna sedikit nyolot. “ye beruang kutub nyantai dong jawabnya”. “dih orang-orangan sawah udah nyantai kali gue jawabnya”
“ih udah napa udah, berisik tau. Iya lang belum pulang aku ga bawa payung” ucap lula yang mulai mendamaikan suasana. “kamu ga bawa payung ? yaudah bareng aku aja yuk, aku bawa payung”. “iya la, bareng gilang aja, kan rumah kalian berdua searah” ucap amel. “ih ga bisa, gue mau kerumahnya lula, jadi gue mesti bareng sama lula” sahut hanna. “mau ngapain lo han kerumah lula ?” ucap amel lagi. “ya mau main aja udah lama ga kerumah lula, ya gak la?” ucapnya sambil melirik ke arah lula. “mau main apa mau minta makan lo han? Haha” sahut gilang. “tau palingan lo mau minta makan gratis kan ? haha” amel menambahkan. “ya kalo ditawarin sih ga masalah, haha”. “hahaha dirumah aku lagi ada acara aqiqahan lang, jadi banyak makanan, gapapa lah kalo hanna mau ikut, kalian kalo mau ikut, ikut aja” ucap lula. “wooo bener kan dugaan gue pasti ujung-ujungnya makanan, dasar lo han haha. Gausah la, kaga enak lah sama keluarga lo”
“iya ga enak ah la, eh tapi kalo pulang bareng aku aja la, kita berdua biar si hanna sama amel, ya kan mel?”  pungkas gilang sambil menyenggol bahu amel. “hah ? iya iya si hanna bareng gue aja, ya han?”. “yaudah tapi anterin kerumah lula dulu ye mel”. “iyaa , eh tapi bukannya waktu itu lo janji mau bantuin gue buat kerajinan tangan han, ayo sekarang aja yuk di rumah gue” pungkas amel lagi. “yaelah jangan sekarang lah, kan gue mau kerumah lula dulu”. “ih besok tugasnya dikumpulin, sekarang aja han”. “eeh tapi ih mel, gue…”
“udah ah ayo cepet pulang, hujan nya udah redaan dikit noh, gue bawa payung kok” seru amel sambil menarik tangan hanna. “han, tenang aja besok kue-kue nya dibawain ko sama lula ke sekolah. lo bantuin amel aja yaaa” teriak gilang
“iyaa han, kalo kamu ga bisa ikut kerumah aku, besok makanannya aku bawain ke sekolah buat kamu” , seru lula setengah berteriak.
Hanna dan amel pun menjauh dan berjalan pulang.
“hmm la, gimana mau pulang sekarang nih?” sahut gilang yang dari tadi sudah memegang lipatan payung di tangannya. “hmm yaudah lang, sekarang aja yuk, udah siang juga, aku takut orang rumah udah nunggu lama”. “yaudah yuk” ucap gilang sambil membuka lipatan payungnya.
Langkah demi langkah, jalan demi jalan pun mereka berdua lewati ditengah derasnya hujan yang turun. bercerita dan bercanda-canda di sepanjang jalan. Bak sepasang kekasih mereka terlihat sangat bahagia, karena dapat menggunakan satu payung berdua. Apalagi bagi gilang, yang memang sudah memendam rasa suka pada lula sejak kelas 10. namun, ia belum mempunyai nyali yang tinggi untuk menyatakan perasaanya itu ke lula.
Dan pada akhirnya mereka sampai di depan gerbang rumah lula, yang sudah di penuhi dengan beberapa mobil di garasi rumahnya.
“hmm lang, udah nyampe nih, makasih banyak ya udah di anterin sampai rumah”. “oh iya woles aja , buat kamu mah apa sih yang engga, eh” ceplos gilang yang memancing kecurigaan dari lula. “hah ? maksud kamu…”
“haha iya kamu kan temen deket aku, ya buat temen apa sih yang ga, hehe” ucap gilang yang mulai berkeringat karena hampir saja ia ketahuan menyimpan rasa suka sama lula. “oh hehe, gitu, yaudah aku masuk dulu ya, kayanya udah pada ngumpul di dalam, kamu hati-hati ya lang”. “oh iya iya, yaudah aku pulang dulu ya sampai ketemu lagi di sekolah yaa la, daah” pungkas gilang sambil melambaikan tangan, dan dibalas dengan lambaian tangan lula.
Di dalam rumah, saudara-saudara lula sudah menanti, dan acara aqiqahan pun di mulai.
keesokan pagi, lula seperti biasa bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah, kali ini ia tidak di anterin pake mobil, karena mang kardi sedang izin kerja. Lula pun berangkat ke sekolah dengan menggunakan sepeda miliknya.
“mama, papa aku berangkat dulu yaa, assalamualaikum” sahut lula. “iyaa, hati-hati nak, waalaikum salam”
Pagi itu, cuaca sangat bersahabat langit terang dengan pancaran sinar matahari yang mengisi kehidupan menjadi penuh cahaya, kicauan burung dimana-mana seakan menandakan bahwa saat itu sedang berbahagia. Tapi, suatu insiden terjadi, karena kurang hati-hati lula terpeleset saat ingin berbelok, kondisi di jalan pada saat itu memang becek, bekas hujan deras kemarin siang.
Gubraaakkkk…
“aduh, ya allah, aduuuh” ucap lula merintih kesakitan
Beberapa kali ia mencoba untuk berdiri namun sepertinya kaki lula keseleo, beberapa kali juga ia berteriak minta tolong, namun kondisinya pada saat itu jalanan sepi, dan lula memang terjatuh di jalanan yang jarang orang berlalu lalang.
“astagfirullah, sakit banget kaki aku, ya ampun ga ada orang lagi, toloooong, tolooong”
Tak lama ada mobil menghampiri lula, dan tak disangka seorang cowok di dalam mobil itu langsung turun untuk membantu lula.
“hey, lo gak apa-apa ?” sahut cowok itu. “hah?” ucap lula dengan raut wajah setengah terkejut.
Sepertinya lula terpana akan wajah cowok itu yang begitu tampan ala orang korea. Karena bingung akan ekspresi lula, cowok itu pun melambai-lambaikan tangannya ke arah wajah lula untuk membuyarkan lamunannya.
“hey lo kenapa ko ngeliatin gue kaya gitu”. “ooh hehe maaf maaf , hehe. Hm ini tadi aku jatuh dari sepeda, dan sepertinya kaki aku keseleo”. “oh gitu, yaudah sini gue bantuin, gue kebetulan bisa ngurut yang keseleo, sakit dimananya?”. “hah? Oh ya ? hm disini, di pergelangan kaki” tukas lula sambil menunjukan letak sakit pada kakinya namun matanya masih menjalar menatap wajah cowok itu.
Dengan masih menatap wajah cowok itu, lula menyadari bahwa seragam yang di pakai oleh nya sama dengan seragam sekolah lula. Tanpa pikir panjang lula pun bertanya.
“hm eh kamu sekolah di SMA Bumi Wiyata ?”. “hmm iyaa gue sekolah disana, emang kenapa?”. “loh berarti sama dong aku juga sekolah disana, nih liat bet sekolah ku” pungkas lula yang menunjukan bet sekolahnya. “haha iya ya sama”. “eh tapi aku ga pernah liat kamu sebelumnya, kamu anak baru ya ?”. “iya gue anak pindahan dari Bandung, hehe. Eh coba kakinya di gerakin masih sakit gak ?”
Ke kiri ke kanan keatas kebawah, ternyata kaki lula sudah sembuh. Reflex ia pun berteriak dan tangannya memegang tangan si cowok sambil berterima kasih.
“yeeyyy ga sakit lagi, makasih ya makasihhh, eeh maaf aku terlalu seneng maaf ya”. “hmm iya gapapa, tapi kaki lo masih belum sembuh betul, naik mobil gue aja yuk, kita ke sekolah bareng”. “gausah, ntar ngerepotin aku naik sepeda aja”. “ih jangan nanti sakit lagi, udah bareng gue aja, nanti gue suruh pembantu gue buat ngambil sepeda lo, tenang aja”. “hah? Gapapa nih ? beneran”
“iya gapapa, ayuk”. “hm yaudah deh”
Mereka berdua pun naik ke mobil, dan berangkat ke sekolah berbarengan. Di dalam mobil sepanjang perjalanan ke sekolah mereka asyik mengobrol, mereka pun saling menanyakan nama. Dan nama si cowok itu adalah Alvin. Sampai di sekolah,alvin menawarkan diri untuk mengantar lula ke kelas, namun lula menolak karena ia tidak mau merepotkan, dan ia lebih memilih untuk berjalan sendiri ke kelas nya.
“bener nih ga mau gue anterin sampe kelas ?” tawar Alvin. “ga usah , aku bisa sendiri ko, udah enakan juga kaki nya ga begitu sakit. Lagian kamu harus ke ruang guru dulu kan”. “iya sih gue mau ke ruang guru dulu, mau Tanya gue masuk kelas apa. Yaudah gue duluan ya, bye.. lula”
“bye..”
Alvin pun meninggalkan lula untuk ke ruang guru, dan lula juga berjalan masuk kelas namun saat sudah berjalan cukup jauh, Alvin berbalik.
“lulaaa, gue lupa Tanya, lo kelas berapa ?” teriak Alvin dari kejauhan, dan lula pun reflex menoleh. “aku kelas xi ipa 3” teriak lula balik. “semoga kita 1 kelas yaa”. “iyaa semoga ya” ucap lula sembari tersenyum sumringah
di dalam kelas sudah ada hanna menanti janji lula, gilang dan amel pun ada di sana juga.
“eh itu lula, lulaaa” teriak hanna. “lula kamu kenapa ? ko jalannya sengklek gitu?” Tanya gilang. “iya la lo kenapa abis jatoh ya?” tambah amel. “iya nih guys aku tadi jatoh dari sepeda pas berangkat ke sekolah”. “ya ampun, emang kamu ga di anterin mang kardi? Kita ke uks aja yuk” ajak gilang. “enggak, mang kardi izin kerja, jadi aku naik sepeda. Gausah lang, udah ga terlalu sakit kok, tadi udah di urutin sama…” ucap lula dengan senyum malu-malu. “sama siapa la?” sahut hanna
“sama al…”
Tingggg tinggg tingggg, belum selesai lula bicara, bel sudah keburu berbunyi dan mereka pun menghentikan pembicaraan. Gilang dan amel juga kembali ke kelas mereka. Tidak lama, bu sarah, guru lula masuk ke kelas berbarengan dengan Alvin.
“anak-anak hari ini  kita kedatangan murid pindahan dari bandung”
Lula pun terkejut melihat Alvin, dia pun terseyum karena ternyata Alvin benar satu kelas dengannya.
“halo semua nama saya Alvin Jeremy, saya pindahan dari bandung, salam kenal” ucap Alvin memperkenalkan diri. “salam kenaaaaaal Alvin” ucap murid di kelas xi ipa 3 berbarengan.
Alvin pun segera duduk di bangku yang kosong.
Bel istirahat pun berbunyi, murid-murid sibuk ke sana kemari, ada yang ke kantin ada pula yang tetap berada di kelas. Alvin menghampiri lula dan hanna yang ingin pergi ke kantin.
“lulaaa, ternyata kejadian ya kita 1 kelas, hehe” ucap Alvin. “eh Alvin, iyaa vin kebetulan banget ya”. “loh kalian udah saling kenal? La, lo udah kenal sama dia ? kenal dimana ?” ucap hanna penasaran. “iya kita berdua udah saling kenal, tadi si Alvin ini yang tolongin aku pas jatoh dari sepeda han” sahut lula. “oh, jadi elo yang nolongin lula” sahut hanna menunjuk Alvin. “hehe, itu mah kebetulan aja gue lagi lewat terus ngeliat lula jatoh jadi ya gue tolongin”. “eh vin, ikut ke kantin yuk bareng kita” ajak lula pada Alvin. “hm boleh yuk…”
Saat ingin menuju kantin mereka berpapasan dengan gilang dan amel.
“lula,hanna…… eh kalian sama siapa tuh” sapa amel. “hay mel, lang. ini anak baru di kelas aku, pindahan dari bandung. Dan dia juga yang tadi pagi nolongin aku”. “hay gue Alvin” sahut Alvin sambil menjulurkan tangannya untuk bersalaman. “hay Alvin, gue amel”. “gue gilang” ucap gilang dengan wajah yang tidak mengenakan. “jadi elo yang nolongin lula? Baik banget” tukas amel. “iya hehe, kebetulan aja kok” ucap Alvin. “eh udah yuk buruan ke kantin lapeer nih” ceplos hanna sambil mengeluskan tangan pada perutnya. “haha kamu udah laper ya han, yaudah yuk kita ke kantin bareng..” ajak lula
Mereka berlima pun berjalan ke kantin bareng, namun sepertinya gilang kurang suka melihat Alvin karena ia melihat ada sikap yang beda dari lula ketika melihat Alvin.
“tuh cowok, sok manis banget! Lulaa.. lula kok kaya ada yang beda yaa jangan-jangan…. Isshh udah lang positive thinking oke..” ucap gilang sambil mengetok-ngetok pelan kepalanya dengan tangan.
Semua berbeda semenjak ada Alvin, lula yang biasanya sangat dekat dengan gilang,kini berbalik menjadi jauh. Mereka pun jarang bareng-bareng lagi kaya dulu. Sekarang, yang lula lakukan apa-apa sama Alvin,Alvin,dan Alvin. Ini membuat gilang cemburu setengah mati sama Alvin yang merebut posisinya. Ia takut kalau lula suka sama Alvin.
“duuuh gimana nih, kalo lula beneran suka sama Alvin?! Aduh gawat dah, ashhh” ucap gilang sambil mengacak-acak rambutnya. “gilaaanggg, lang..” teriak amel menghampiri gilang yang sedang duduk di taman sekolah. “apaan si mel, berisik banget! Ga tau apa gue lagi galau?!”. “lo pasti bakalan lebih galau kalo denger berita gue lang!”. “berita apaan sih?”
“si Alvin, tadi gue di ceritain hanna, kalo Alvin bakalan nembak lula di hari ulang tahunnya” ucap amel bergebu-gebu. “haaahh! Apaan? Serius lo mel?” teriak gilang dengan wajah terkejut. “iya lang, besok di pesta ulang tahun si Alvin, dia bakalan nembak lula, si Alvin sendiri ko yang cerita sama hanna”. “yaah terus gue gimana dong mel, aduh patah hati dah gue” ucap gilang lemas. “yaelah lo tuh ya, nanya lagi gimana, ya lo mesti duluan ngungkapin perasaan lo lah ke lula, sebelum keduluan Alvin”. “tapi mel, kan lo tau nyali gue belom penuh buat ngungkapin”. “ishhh dari dulu lo selalu aja bilang gitu! Belom penuuuuuh mulu, kapan penuhnya eh?! Di charger berapa kali juga ga bakalan penuh-penuh tuh nyali lo! Udah lah lo harus beraniin diri lo! Ini demi perasaan lo ke lula lang, yang udah berbulan-bulan ga lo ungkapin!” pungkas amel menyemangati gilang.
“yaudah, oke oke gue bakal nembak lula, tapi ga sekarang, mel”. “ya terus mau kapan? Besok kan udah jadwalnya si Alvin buat nembak lula. Lang, jujur ya gue itu lebih setuju kalo lo yang jadian sama lula. Soalnya kalo gue liat, si Alvin tuh bukan cowok yang setia gue takut lula dimainin sama dia. Nah makanya sebelum itu kejadian lo harus lebih dulu nembak lula”. “iyaa gue ngerti amel, gue juga ga rela kali kalo lula sama Alvin. gue.. gue bakal nembak lula besok deh pas berangkat ke ultahnya Alvin”. “besok? serius nih lo?” ucap amel dengan tampang tak yakin. “iya, gue udah janjian sama lula berangkat kesana bareng” sahut gilang meyakinkan. “yaudah gue tunggu kabar baiknya yaa, janji loh!”
“iya okee”
Hari itu pun tiba, hari dimana ada dua orang cowok keren yang bersiap-siap ingin menyatakan perasaannya pada satu orang cewek, yaitu lula Karenina. Di tempat yang berbeda, Alvin terlihat mantap dan optimis kalo cintanya bakal diterima tapi sebaliknya, gilang yang sudah kenal lama dengan lula malah terlihat sangat gugup dan pesimis.
Derrtttt, derrt, suara getar dari handphone gilang berbunyi, ternyata ada sms dari lula yang berisi “lang, maaf yaa aku lupa ngasih tau kamu, aku dijemput sama supirnya Alvin jadi aku udah berangkat duluan, maaf yaa lang, maaf banget kita ketemu di sana aja yaa, daah”. Gilang yang membaca sms itu pun tertegun lemas tak berdaya.
“yah gue telat , gue telat buat nembak lula, aaah kenapa sih mesti kaya gini !? ashh” tukas gilang yang terlihat menyesal.
Kringgg, kriinggg kali ini telfon yang masuk ke handphone gilang, dan itu dari amel.
“halo lang, lo dimana? Kok lo ga sama lula sih? Lula udah nyampe nih kesini, jangan bilang lo tadi ga jadi bareng sama lula?”. “haaaaa iya mel, tadi lula di jemput sama supirnya si Alvin, jadi gue ga bareng dia”. “lah terus gimana dong sama penembakan lo?”. “gue juga ga tau mel, ilang deh kesempatan gue mel, ilang…”
“engga lang, belom ilang kok kesempatan lo, denger ya lo sekarang buruan dateng kesini, lo gagalin tuh acara penembakan Alvin, buruan udah mulai nih acaranya, buru vin kalo emang lo ga mau kehilangan lula” seru amel lalu mematikan telfonnya.
Gilang terdiam sejenak memikirkan perkataan amel, dan tanpa pikir panjang dia segera pergi ke rumah Alvin. di rumah Alvin, acara sudah dimulai, pemotongan kue pun sudah di lakukan. Dan tiba akhirnya Alvin melakukan acara penambakan.
“ekhemm, perhatian semuanya, gue disini mau ngungkapin perasaan gue sama seorang cewek cantik yang udah buat gue jatuh hati. Hmm lula gue suka sama lo, sejak pertama ketemu lo gue udah jatuh hati, lo mau kan jadi pacar gue” ucap alvin dengan sebuket bunga mawar putih di genggamnya.
“hmm, vin , aku….”
Belum selesai lula bicara, tiba-tiba gilang datang mengagetkan.

 “tunggu !!  jangan di jawab dulu la….
Lula, aku suka sama kamu la, dari awal kita kelas 10 aku udah suka sama kamu”. “hah ! Gilang, kamu suka sama aku? Kalian berdua beneran suka sama aku?”, ucap lula tak percaya. “iya la” ucap Alvin dan gilang berbarengan. “la, aku butuh jawaban kamu, kamu pilih aku atau dia” ucap gilang. “iyaa lula, beri kita kepastiannya” tambah Alvin
“hmm gini loh, lang, vin aku.. aku hargain perasaan kalian ke aku, tapi aku ga bisa terima kalian, aku mau fokus belajar, dan  aku belum mau pacaran sampe lulus SMA nanti, jadi aku minta maaf ya. Sekarang kita temenan dulu aja ya. Nanti 1 tahun lagi aku bakal kasih jawabannya ke kalian, okeh?” ucap lula sambil tersenyum
“haah !! Satu tahun lagi ?! tidaaaaakkk………..” ucap Alvin dan gilang serentak berteriak dengan wajah terbay (baca: terkejut lebaaay).

_end_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar