Kamis, 27 November 2014

TULISAN EKONOMI KOPERASI # (9)

Apakah Anda Manajer Yang Efisien

Nama : Winda Novitasari

NPM : 19213325
Dosen : Sulastri

Dalam kamus Bahasa Inggris, efficiency berarti: tepat guna, atau mempertinggi tepat guna. Sedangkan dalam bahasa manajemen efisiensi berarti: Menemukan cara kerja yang tepat guna untuk mencegah pemborosan tenaga, alat produksi, bahan dan modal kerja dalam suatu produksi. Atau dengan kata lain: Menghindari pemakaian tenaga kerja, waktu dan alat-alat produksi serta modal yang sebetulnya tidak diperlukan dalam suatu proses produksi.
Memang dalam praktek, sering kita jumpai seorang Manajer yang memang sanggup setiap kali menyelesaikan suatu tugas manajemen dengan tepat dan berhasil menurut mata orang awam. Tetapi apabila dikaji secara cermat, ternyata dalam pencapaian sasaran tersebut, ternyata sang Manajer terlalu banyak mengorbankan waktu, tenaga, uang dan alat yang sebetulnya dapat ia hemat, tetapi justru dalam praktek sering diabaikan oleh seorang Manajer. “Yang penting tujuan dan sasaran tercapai, soal berapa biaya yang dikeluarkan untuk mencapai sasaran tersebut, bukanlah urusan saya itu urusan bagian Keuangan.”
Wah berabelah kalau Perusahaan mempunyai Manajer dengan sikap dan pandangan yang demikian itu. Seorang Manajer yang baik, haruslah juga seorang “Cost minded manager” yang dalam setiap planning dan operasionil pencapaian sasaran, senantiasa memperhitungkan biaya yang ia keluarkan, agar tercapai suatu efisiensi dan tingkat produktivitas yang tinggi.

Standard Pengukuran Efisiensi

Untuk mencapai suatu efisiensi dalam setiap pekerjaan, perlu kita menanyakan 4 pertanyaan tersebut dibawah ini:
• Mengapa kita melakukan suatu pekerjaan?
• Mengapa kita melakukannya dengan cara begini?
• Mengapa kita tidak dapat melakukannya dengan cara yang lebih baik?
• Apakah orang yang kita suruh mengerjakan pekerjaan itu sudahlah tepat mutu dan jumlahnya?
Untuk menjawab pertanyaan pertama tersebut, tentu saja berkaitan dengan masalah tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, maka hendaknya dalam menentukan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai itu, tidak hanya satu sasaran/tujuan saja, tetapi alangkah baiknya sekaligus menentukan 2 atau 3 sasaran sekaligus. Seperti bunyi pepatah : “Sekali dayung dua pulau terlampaui”, sehingga dalam menentukan sasaran ini prinsip efficiency tetap menjadi patokannya.
Sedangkan untuk menjawab dua pertanyaan berikutnya, banyak berkaitan dengan masalah cara kerja, sistim atau methode yang kita pakai, yang banyak sekali dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman sebelumnya, sehingga dapat menemukan suatu cara kerja yang lebih praktis, dan effisien. Misalnya, dulu mesin jahitnya digerakkan secara manual, sekarang dipergunakan dynamo yang dilekatkan pada mesin jahit yang bersangkutan, sehingga volume atau waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan 1 potong pakaian dapat lebih cepat, dan tenaga yang dikeluarkan pun menjadi lebih sedikit.
Masalah yang lebih rumit dan kompleks yang dihadapi seorang Manajer/Pimpinan dalam usaha-nya untuk menciptakan efficiency, adalah yang menyangkut faktor manusianya. Pengalaman dan penyelidikan ilmiah telah membuktikan, bahwa effisiency up to date-nya tidak hanya terletak di alat atau methode/cara kerja yang dipakai, tetapi justru terletak di segi moril dan mental yang tinggi untuk bekerja dengan sungguh-sungguh, dengan senang hati dan tanpa paksaan, atau yang lazim disebut gairah bekerja.
Moril mengandung unsur-unsur perasaan, penilaian sikap serta aktivitas para karyawan terhadap pekerjaan, lingkungan pekerjaan, teman-teman sekerja, suasana kerja serta Pimpinannya secara keseluruhan. Tentu saja juga faktor tinggi rendahnya gaji, fasilitas dan peraturan Perusahaan yang berlaku, juga memegang peranan dalam hal ini.
Sehingga bagi setiap Pimpinan, haruslah selalu tanggap terhadap kebutuhan materiil maupun rohani dari masing-masing bawahannya, seperti teori tingkat kebutuhan manusia yang dicetuskan oleh Maslow, dan senantiasa berusaha agar menciptakan atau menambah “moral dan semangat kerja” yang ada pada bawahan yang bekerja padanya.
Dengan kata lain, untuk terciptanya suatu kepuasan kerja bagi karyawan, maka faktor sikap keterbukaan dan kemauan dari Pimpinan untuk melakukan perbaikan nasib dan kesejahteraan karyawannya, senantiasa merupakan kunci pokok dalam hal ini. Sudahlah pasti merupakan harapan dari semua Pimpinan Perusahaan/Manajer, apabila sudah berhasil mencapai efficiency dalam semua aspek dan proses produksi, lalu berusaha mempertahankan tingkat effisiency tersebut. Tetapi justru efficiency mempunyai satu musuh yang perlu diketahui dan dihindari, yaitu: Rasa cepat puas terhadap apa yang telah dicapai (self sufficiency) dan kehilangan akal ataupun kesedihan (depression). Penyakit tersebut di atas senantiasa menimpa manusia dan menyebabkan kita menjadi berhenti untuk maju lagi, karena sudah merasa puas.
Perusahaan/Manajer haruslah berusaha menghancurkan “self -sufficiency” dan “depression. la harus menjaga agar bawahannya tetap bersikap progresif dan dinamis serta senantiasa merasa tertarik kepada pekerjaan dan selalu berkeinginan untuk mengejar prestasi yang lebih tinggi. Dan obat untuk menyembuhkan kedua penyakit tersebut diatas, justru adalah berusaha mencapai efficiency, sebab bagi orang yang masih mau berusaha mencapai efficiency, berarti ia belum merasa puas atas semua yang telah ia kerjakan, sehingga ia masih berusaha mencari cara kerja yang lebih effisien. Dan bukankah pengertian dan definisi efficiency yang singkat dan sederhana itu, adalah: Menemukan suatu cara yang lebih baik?

Sumber :
Majalah Manajer Edisi Januari 1986.
http://rajapresentasi.com/2009/03/apakah-anda-manajer-yang-efisien/#sthash.g5tJ48W0.dpuf

Apakah Anda Manajer yang Efisien?

Dalam kamus Bahasa Inggris, efficiency berarti: tepat guna, atau mempertinggi tepat guna. Sedangkan dalam bahasa manajemen, efisiensi berarti: Menemukan cara kerja yang tepat guna untuk mencegah pemborosan tenaga, alat produksi, bahan dan modal kerja dalam suatu produksi. Atau dengan kata lain: Menghindari pemakaian tenaga kerja, waktu dan alat-alat produksi serta modal yang sebetulnya tidak diperlukan dalam suatu proses produksi. (Jika Anda ingin mendapatkan slide powerpoint presentasi yang menarik tentang management skills dan business strategy, silakan KLIK DISINI).
Memang dalam praktek, sering kita jumpai seorang Manajer yang memang sanggup setiap kali menyelesaikan suatu tugas manajemen dengan tepat dan berhasil menurut mata orang awam. Tetapi apabila dikaji secara cermat, ternyata dalam pencapaian sasaran tersebut, ternyata sang Manajer terlalu banyak mengorbankan waktu, tenaga, uang dan alat yang sebetulnya dapat ia hemat, tetapi justru dalam praktek sering diabaikan oleh seorang Manajer. “Yang penting tujuan dan sasaran tercapai, soal berapa biaya yang dikeluarkan untuk mencapai sasaran tersebut, bukanlah urusan saya itu urusan bagian Keuangan.”
Wah berabelah kalau Perusahaan mempunyai Manajer dengan sikap dan pandangan yang demikian itu. Seorang Manajer yang baik, haruslah juga seorang “Cost minded manager” yang dalam setiap planning dan operasionil pencapaian sasaran, senantiasa memperhitungkan biaya yang ia keluarkan, agar tercapai suatu efisiensi dan tingkat produktivitas yang tinggi.
Standard Pengukuran Efisiensi
Untuk mencapai suatu efisiensi dalam setiap pekerjaan, perlu kita menanyakan 4 pertanyaan tersebut dibawah ini:
• Mengapa kita melakukan suatu pekerjaan?
• Mengapa kita melakukannya dengan cara begini?
• Mengapa kita tidak dapat melakukannya dengan cara yang lebih baik?
• Apakah orang yang kita suruh mengerjakan pekerjaan itu sudahlah tepat mutu dan jumlahnya?
Untuk menjawab pertanyaan pertama tersebut, tentu saja berkaitan dengan masalah tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, maka hendaknya dalam menentukan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai itu, tidak hanya satu sasaran/tujuan saja, tetapi alangkah baiknya sekaligus menentukan 2 atau 3 sasaran sekaligus. Seperti bunyi pepatah : “Sekali dayung dua pulau terlampaui”, sehingga dalam menentukan sasaran ini prinsip efficiency tetap menjadi patokannya.
Sedangkan untuk menjawab dua pertanyaan berikutnya, banyak berkaitan dengan masalah cara kerja, sistim atau methode yang kita pakai, yang banyak sekali dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman sebelumnya, sehingga dapat menemukan suatu cara kerja yang lebih praktis, dan effisien. Misalnya, dulu mesin jahitnya digerakkan secara manual, sekarang dipergunakan dynamo yang dilekatkan pada mesin jahit yang bersangkutan, sehingga volume atau waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan 1 potong pakaian dapat lebih cepat, dan tenaga yang dikeluarkan pun menjadi lebih sedikit.
Masalah yang lebih rumit dan kompleks yang dihadapi seorang Manajer/Pimpinan dalam usaha-nya untuk menciptakan efficiency, adalah yang menyangkut faktor manusianya. Pengalaman dan penyelidikan ilmiah telah membuktikan, bahwa effisiency up to date-nya tidak hanya terletak di alat atau methode/cara kerja yang dipakai, tetapi justru terletak di segi moril dan mental yang tinggi untuk bekerja dengan sungguh-sungguh, dengan senang hati dan tanpa paksaan, atau yang lazim disebut gairah bekerja.
Moril mengandung unsur-unsur perasaan, penilaian sikap serta aktivitas para karyawan terhadap pekerjaan, lingkungan pekerjaan, teman-teman sekerja, suasana kerja serta Pimpinannya secara keseluruhan. Tentu saja juga faktor tinggi rendahnya gaji, fasilitas dan peraturan Perusahaan yang berlaku, juga memegang peranan dalam hal ini. (Jika Anda ingin mendapatkan slide powerpoint presentasi yang menarik tentang management skills dan business strategy, silakan KLIK DISINI).
Sehingga bagi setiap Pimpinan, haruslah selalu tanggap terhadap kebutuhan materiil maupun rohani dari masing-masing bawahannya, seperti teori tingkat kebutuhan manusia yang dicetuskan oleh Maslow, dan senantiasa berusaha agar menciptakan atau menambah “moral dan semangat kerja” yang ada pada bawahan yang bekerja padanya.
Dengan kata lain, untuk terciptanya suatu kepuasan kerja bagi karyawan, maka faktor sikap keterbukaan dan kemauan dari Pimpinan untuk melakukan perbaikan nasib dan kesejahteraan karyawannya, senantiasa merupakan kunci pokok dalam hal ini.
Sudahlah pasti merupakan harapan dari semua Pimpinan Perusahaan/Manajer, apabila sudah berhasil mencapai efficiency dalam semua aspek dan proses produksi, lalu berusaha mempertahankan tingkat effisiency tersebut. Tetapi justru efficiency mempunyai satu musuh yang perlu diketahui dan dihindari, yaitu: Rasa cepat puas terhadap apa yang telah dicapai (self sufficiency) dan kehilangan akal ataupun kesedihan (depression). Penyakit tersebut di atas senantiasa menimpa manusia dan menyebabkan kita menjadi berhenti untuk maju lagi, karena sudah merasa puas.
Perusahaan/Manajer haruslah berusaha menghancurkan “self -sufficiency” dan “depression. la harus menjaga agar bawahannya tetap bersikap progresif dan dinamis serta senantiasa merasa tertarik kepada pekerjaan dan selalu berkeinginan untuk mengejar prestasi yang lebih tinggi.
Dan obat untuk menyembuhkan kedua penyakit tersebut diatas, justru adalah berusaha mencapai efficiency, sebab bagi orang yang masih mau berusaha mencapai efficiency, berarti ia belum merasa puas atas semua yang telah ia kerjakan, sehingga ia masih berusaha mencari cara kerja yang lebih effisien. Dan bukankah pengertian dan definisi efficiency yang singkat dan sederhana itu, adalah: Menemukan suatu cara yang lebih baik?
(Jika Anda ingin mendapatkan slide powerpoint presentasi yang menarik tentang management skills dan business strategy, silakan KLIK DISINI).
Sumber :
Majalah Manajer Edisi Januari 1986.
- See more at: http://rajapresentasi.com/2009/03/apakah-anda-manajer-yang-efisien/#sthash.g5tJ48W0.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar