Individu Dengan Beragam Kepribadian
Tuhan menciptakan umat-Nya dengan
segala macam bentuk serta rupa yang berbeda. Dari mulai fisik, sifat,
kepribadian hingga yang lainnya. Perbedaan itu ada untuk dapat membedakan
antara makhluk yang satu dengan makhluk yang lainnya. Jika saja semua makhluk
memiliki bentuk serta wujud yang sama tanpa adanya cirri yang berbeda, pasti
akan susah untuk dikenali. Karena itu, pada artikel ini, saya akan membahas
mengenai kepribadian manusia yang beragam.
Berdasarkan psikologi, Gordon
Allport menyatakan bahwa kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis
dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus proses. Jadi,
kepribadian merupakan sesuatu yang dapat berubah. Secara eksplisit Allport
menyebutkan, kepribadian secara teratur tumbuh dan mengalami perubahan dari
waktu ke waktu. Disamping itu, dalam kehidupan sehari-hari, kepribadian sering
diartikan sebagai ciri-ciri yang menonjol pada diri individu, seperti kepada
orang yang pemalu dikenakan atribut “berkepribadian pemalu”. Kepada orang supel
diberikan atribut “berkepribadian supel” dan kepada orang yang plin-plan,
pengecut, dan semacamnya diberikan atribut “tidak punya kepribadian”.
Berbagai penelitian awal mengenai
struktur kepribadian berkisar di seputar upaya untuk menamai karakteristik
permanen yang menjelaskan perilaku individu seseorang. Karakteristik yang umumnya melekat dalam
diri seorang individu adalah malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut.
Karakteristik-karakteristik tersebut jika ditunjukkan dalam berbagai situasi,
disebut sifat-sifat kepribadian. Sifat kepribadian menjadi suatu hal yang
mendapat perhatian cukup besar karena para peneliti telah lama meyakini bahwa
sifat-sifat kepribadian dapat membantu proses seleksi karyawan, menyesuaikan
bidang pekerjaan dengan individu, dan memandu keputusan pengembangan karier.
Pada umumnya, penentu kebribadian
seorang individu ada pada 2 faktor, yaitu factor genetic (keturunan) dan factor
lingkungan. Terdapat tiga dasar penelitian yang berbeda yang memberikan
sejumlah kredibilitas terhadap argumen bahwa faktor keturunan memiliki peran
penting dalam menentukan kepribadian seseorang. Dasar pertama berfokus pada
penyokong genetis dari perilaku dan temperamen anak-anak. Dasar kedua berfokus
pada anak-anak kembar yang dipisahkan sejak lahir. Dasar ketiga meneliti
konsistensi kepuasan kerja dari waktu ke waktu dan dalam berbagai situasi. Penelitian
terhadap anak-anak memberikan dukungan yang kuat terhadap pengaruh dari faktor
keturunan. Bukti menunjukkan bahwa sifat-sifat seperti perasaan malu, rasa takut,
dan agresif dapat dikaitkan dengan karakteristik genetis bawaan. Temuan ini mengemukakan bahwa beberapa sifat
kepribadian mungkin dihasilkan dari kode genetis sama yang memperanguhi
faktor-faktor seperti tinggi badan dan warna rambut.
Faktor lain yang memberi pengaruh
cukup besar terhadap pembentukan karakter adalah lingkungan di mana seseorang tumbuh
dan dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial dan
pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami. Faktor lingkungan ini
memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang. Sebagai contoh, budaya
membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Misalnya, orang-orang Amerika Utara memiliki semangat
ketekunan, keberhasilan, kompetisi, kebebasan, dan etika kerja Protestan yang
terus tertanam dalam diri mereka melalui buku, sistem sekolah, keluarga, dan teman,
sehingga orang-orang tersebut cenderung ambisius dan agresif bila dibandingkan
dengan individu yang dibesarkan dalam budaya yang menekankan hidup bersama
individu lain, kerja sama, serta memprioritaskan keluarga daripada pekerjaan
dan karier.
Dari penjelasan singkat di atas,
kita bisa mengetahui bahwa kebribadian seorang individu berbeda satu dengan
yang lainnya, hal itu juga bisa merupakan cirri tersendiri bagi seorang
individu. Dan factor genetic maupun factor lingkungan ternyata sama besar
peranannya dalam menentukan kepribadian seseorang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar